Senin, 27 Januari 2025

ADAB-ADAB ORANG YANG MEMBERIKAN HUTANG



Manqul oleh : mbah Bus(yrowi)

1. Memberi kelapangan, kemudahan, dan keringanan. 
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, 

… مَنْ يَـسَّـرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَـسَّـرَ اللهُ عَلَـيْـهِ فِـي الدُّنْـيَـا وَالْآخِرَةِ… …

Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah utang), maka Allâh memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat…”

2. Bersikap baik dalam menagih utang.
 Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

 رَحِمَ اللّٰـهُ رَجُلًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ وَإِذَا اشْتَرَى وَإِذَا اقْتَضَى 

Allâh merahmati orang yang mudah ketika menjual, membeli, dan meminta haknya (nagih).

3. Memberikan tempo kepada yang tidak mampu bayar.
 Berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla : 

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ 

“Dan jika (orang berutang) itu dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
 [al-Baqarah/2:280] 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, 

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا ، فَلَـهُ بِكُـّلِ يَوْمٍ صَدَقَـةٌ قَبْـلَ أَنْ يَـحِلَّ الدَّيْنُ ، فَإِذَا حَلَّ الدَّيْنُ ، فَـأَنْظَرَهُ بَعْدَ ذٰلِكَ ، فَلَهُ بِكُـّلِ يَـوْمٍ مِثْـلِهِ صَدَقَـةٌ. 

Barangsiapa memberi tempo waktu kepada orang yang berutang yang mengalami kesulitan membayar utang, maka ia mendapatkan (pahala) sedekah pada setiap hari sebelum tiba waktu pembayaran. Jika waktu pembayaran telah tiba kemudian ia memberi tempo lagi setelah itu kepadanya, maka ia mendapat sedekah pada setiap hari semisalnya.

Jika orang yang berutang tidak mungkin untuk membayar dan kita telah melihat keadaan keluarga dan usahanya sulit, maka yang terbaik adalah membebaskan utangnya.
 Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda : 

كَانَ تَاجِرٌ يُدَايِنُ النَّاسَ فَإِذَا رَأَى مُعْسِرًا قَالَ لِفِتْيَانِهِ : تَجَاوَزُوْا عَنْهُ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا فَتَجَاوَزَ اللهُ عَنْهُ. 

“Dahulu ada seorang pedagang yang suka memberikan pinjaman kepada manusia. Jika ia melihat orang kesulitan membayar utangnya, maka ia berkata kepada para anak buahnya, ‘Maafkanlah darinya (bebaskanlah dari utangnya) mudah-mudahan Allâh memaafkan kita.’ 
Maka Allâh pun memaafkannya.”

4. Tidak boleh menarik manfaat atau keuntungan dari pinjamannya tersebut.
 Para ulama membuat sebuah kaedah yang berbunyi: 

كُلُّ قَرْضٍ جَرَّ مَنْفَعَةً فَهُوَ رِبًا
 Setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat, maka itu adalah riba

Referensi: https://almanhaj.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar