( dan rangkaian ibadah sebelum dan sesudahnya )
OLEH : MUHAMMAD BUSYROWI ABDULMANNAN
A. pada hari akhir Ramadhan potong kuku, pangkas rambut ( ketiak , kemaluan , cambang, kumis)
B. tanggal 1 Syawal, pagi hari Mandi besar ( termasuk wanita haid )
C. Memakai wangi-wangian dan berpakaian yang paling bagus
D. Takbir Idul Fithri dimulai sesudah shubuh , dilantunkan sejak berangkat dari rumah menuju tanah lapang
E. pelaksanaan shalat lebih siang lebih baik karena memberi kesempatan yang masih memberikan zakat fithrah agar tak tertinggal shalat Idnya
F. makan pagi,
Sebagsi tanda sudah tidak puasa lagi.
Kembali makan pagi lagi (idul ifthar/fithri)
Juga bisa dimaknai karena rasa lelah sesudah memikul zakat fithrah dan dibawa ke rumah orang miskin yang diberinya
G. menuju tanah lapang, berjalan kaki ( atau berkendara), sambil bertakbir
Rasulullah SAW belum pernah sholat Id di Masjid, walau masjid Nabawy bisa menampung penduduk Madinah
H. Lafal takbir menurut sunnah :
1. ALLOOHU AKBAR ( 2 kali ) KABIIROO
KEDUA LAFAL Ini berdasar hadits dari Salman riwayat Abdur rozaq
Lafal inilah yang dipilih sebagaian besar khotib untuk sering dibaca di sela sela khutbah. Karena hadits dari Ibnu Majah riwayat Sa’ad ( muadzin Nabi ) menerangkan Nabi memperbanyak takbir di sela sela khutbah
2. ALLOOHU AKBAR( 2 ) . LAA ILAAHA ILLALLOOHU , ALLLOOHU AKBAR. ALLOOHU AKBAR WA LILLAAHIL HAMD
Ini berdasar hadits dari Umar dan Ibnu Mas’ud riwayat Jabir
3. Lafal takbir dengan ucapan ALLOOHU AKBAR KABIIRO WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIRO WA SUB HAANALLOOHI BUKROTAN WA ASHIILAA dan seterusnya , BUKAN lafal takbir hari raya, takbir tersebut diucapkan Nabi ketika Fatkhu Makkah atau penaklukan Kota Mekkkah.
Imam Syafi’I dalam kitabnya Al Umm mengatakan, aku menyukai menambah lafal takbir hari raya dengan lafal tersebut.Hal ini berarti sejak masa Nabi sampai 170 tahun belum ada lafal takbir tersebut. Barulah diamalkan oleh sebagian ummat setelah Imam Syafi'I yang lahir 170 tahun sesudah Nabi wafat baru menuntunkan dan menulis pendapatnya dalam kitab Al Umm tersebut,
Oleh sebab itu para ulama termasuk Imam Sayid Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah tidak mencantumkan LAFAL TAKBIR TERSEBUT pada bab lafal takbir Id .
dan Muhammadiyah tidak mengamalkannya, cukup melafalkan takbir yang disunnahkan Rasulullah SAW . Karena beliau adalah Uswah Khasanah ( Tauladan yang baik ). Kalau ada tauladan yang baik mengapa perlu mentauladani tuntunan orang lain )
I. tanpa adzan dan iqomah, dan tanpa aba aba seperti ASHOLA-TU QO-IMAH atau ASH SHOLA-TU JA-MI'AH
J. Sholat Idul Fithri dua rakaat , sebagai berikut :
1) rakaat pertama setelah takbirotul ihram kemudian takbir lagi 7 kali,
2) di sela sela takbir tak ada bacaan apa pun.
Nabi tidak menuntunkan di sela sela takbir membaca SUB HA-NALO-H, WAL HAMDULILLA-H, WA LA- ILA-HA ILLALLO-H WALLO-HU AKBAR
3) setelah takbiratul ihram kemudian takbir 7 takbir
- Imam membaca doa iftitah, ta’awaudz, basmalah kemudian al fatikhah dan surat/ayat Alqur’an
- Makmum membaca doa iftitah, dan mendengarkan al fatikhah imam.
Setelah imam selesai membaca al fatikhah , makmum membaca amin bersama imam.
Kemudian makmum membaca ta’awudz dan al fatikhah sambil mendengarkan imam bembaca ayat Al Qur’an
4) rakaat kedua , setelah takbir intiqal, kemudian takbir 5 kali
- Imam membaca ta’awaudz, basmalah kemudian al fatikhah dan surat/ayat Alqur’an
- Makmum mendengarkan al fatikhah imam.
Setelah imam selesai membaca al fatikhah , makmum membaca amin bersama imam.
Kemudian makmum membaca ta’awudz dan al fatikhah sambil mendengarkan imam bembaca ayat Al Qur’an
5) sesudah salam, jamaah harus mendengarkan khutbah dan harus berdoa bersama dengan khotib. TIDAK dibenarkan memalingkan perhatian khutbah seperti : bercakap2, merokok apalagi beranjak dari duduk untuk pergi
6) diakhiri dengan satu khutbah ( tidak dua khutbah yang diselingi duduk )
7) KHUTBAH DIAWALI DENGAN HAMDALAH,
TAK ADA TUNTUNAN DIAWALI DENGAN TAKBIR, KEMUDIAN BARU HAMDALAH. APALAGI HARUS TAKBIR 7 ATAU 9 KALI SEBELUM HAMDALAH
- Imam An Nawawy dalam Kitabnya Al Khulashoh berkata , tak ada suatu dalil pun yang kuat menetapkan bahwa khutbah Id itu dua khutbah. Segala riwayat yang menerangkan bahwa Nabi SAW khutbah dua kali dengan mengadakan perselangan dua khutbah itu dengan duduk, adalah dlo’if Dan tak ada keterangan Nabi memulai khutbah dengan takbir.
- Imam Ash Shon’ani berkata, khutbah hari raya itu disyareatkan rukun rukunnya seperti khutbah jumat. Dalam khutbah itu Rasulullah SAW memberi perintah dan nasehat. Tetapi khutbahnya tidak dua kali seperti khutbah jumat karena tak ada keterangan mengenai khutbah Id dua kali. Khutbah dua kali hanyalah qiya dan tak ada qiyas dalam Ibadah . Riwayat yang menerangkan adanya khutbah Id dua kali , dipisahkan dengan duduk adalah riwayat dla’if
- Imam Syaukani menjelaskan, “Dalam hal ini tidak ada dalil yang shahih yang dapat dijadikan pegangan. Adapun yang diriwayatkan Baihaqi dari’Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah, dia berkata, ‘Termasuk di antara sunnah khotbah adalah mengawali khotbah dengan sembilan kali takbir secara berurutan, dan pada khotbah yang kedua adalah dengan tujuh kali takbir.’ Jika yang dimaksud sunnah (dalam hadits ini -ed) adalah sunnah Rasulullah, maka hadits ini tergolong hadits mursal[2]. Akan tetapi, jika yang dimaksud adalah sunnah shahabat, maka hadits ini tidak dapat dijadikan dalil, kecuali merupakan kesepakatan mereka.
- Ibnul Qayyim berkata, ‘Adapun ucapan para fuqaha, bahwa khotbah istisqa’ (minta hujan) diawali dengan istigfar dan (khotbah) shalat ‘ied diawali dengan takbir, maka sama sekali tidak ada sunnah dari Rasulullah berkenaan dengan hal tersebut. Justru, sunnah Rasulullah menyelisihi hal itu. Sunnah Rasulullah adalah bahwa seluruh khotbah diawali dengan (ucapan) ‘alhamdu’.’” (As-Sailur Jarar: I/319)
- Ada sebuah hadits dari Sa’id bin ‘A’id, dia berkata, “Rasulullah bertakbir di tengah-tengah khotbah. Beliau memperbanyak takbir pada khotbah ‘Ied.” (Hr. Ibnu Majah: 1287)
- Akan tetapi, hadits ini dha’if. As-Sindi dalam Syarh Sunan Ibnu Majah berkata, “Dalam Zawa’id dikatakan bahwa sanadnya dha’if, karena terdapat rawi dha’if, yaitu Abdur Rahman bin Sa’d, dan bapaknya tidak dikenal.” Hadits ini juga dinilai sebagai hadits yang dha’if oleh al-Albani dalam Dha’if Sunan Ibnu Majah.
- Rasulullah SAW menuntunkan khutbah apa pun dimulai dengan hamdalah.Tidak ada hadits yang menerangkan khusus untuk khutbah sholat Id diawali takbir 7 atau 9 sebelum hamdalah
K. selesai mendengarkan khutbah , jamaah berdoa bersama dan dipimpin khotib,
L. kemudian saling jabat tangan dan mengucap TAQOBBALALLOOHU MINNAA WA MINKUM (semoga Allah menerima amal ibadah kita), dijawab dengan kata kata yang sama (TAQOBBALALLOOHU MINNAA WA MINKUM ) atau cukup menjawab amin.
Adapun tambahan , TAQOBBAL YAA KARIIM, ini bukan sunnah
M. jalan pulang lain dengan jalan yang dilalui ketika berangkat
HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar